Sunday 12 June 2011

Sentuhan Wadah Qalbu


Bismillah.
Assalamu’alaikum warahmatullah.

Alhamdulillah, segala puji hanya untukNya dan selawat serta salam adalah untuk Rasulullah, ahli bayt, para sahabat baginda dan tabi’in semuanya.  Semoga Allah beri ganjaran setimpal dengan usaha mereka menyampaikan ilmu Allah di muka bumi ini.

Ingin sekali ana berkongsi pengalaman untuk kebaikan kita bersama. Mudah-mudahan, kita dapat memiliki sesuatu dalam artikel kali ini.

Sebelum kita melangkah lebih jauh, marilah sama-sama kita istiqhfar kepada Allah swt.

Sentuhan Wadah Qalbu kali ini ingin mengupas sesuatu yang ada dalam diri kita. Bukan sedikit, tetapi besar ertinya kedalam hidup kita sebagai seorang hamba Allah.

Mencari dan terus mencari, ungkapan yang selalu kita dengari.
Tetapi sejauh mana kebenaran yang kita cari itu.
Adakah ia tersasar? Ataupun terpesong dari simpangnya..
Sama-sama kita ikuti hayati apa yang ingin ana sampaikan..


Kehidupan yang selama ini kita cari selalu terletak pada satu dasar dimana diatasnya pudar, dibawahnya kepincangan.
Kebahagian yang dicari manusia menerusi material, kemegahan laksana pohon-pohon muda yang tumbuh sesaat, berbuah sesaat, berbunga sesaat lalu apabila ditiupkan angin badai yang menimpa, pohon-pohon muda itu hilang kekuatan akarnya, menjadi rapuh umpama biskut yang dipijak-pijak, lalu ia menjadi debu-debu yang halus bertebaran jauh ke langit..

Kemudian, kita menangis, mencari tisu untuk merawat duka, tapi akhirnya, berdarah sentiasa mengalir, umpama hilang faktor clotting dalam darah.. Terus mengalir dari jiwa yang pening hingga meresap ke dalam botol akal fikiran.

Lalu kita cepat-cepat membuat keputusan, memikirkan sejenak mengenai masa hadapan hingga tergambar di bayangan minda, rumah idaman, kereta besar, pangkat yang tinggi yang akhirnya kita merasakan ia adalah kebahagiaan yang perlu kita kecapi.

Sesaat kita mendapat gelaran pangkat yang tinggi, hati kita selalu merasakan ia masih tidak mencukupi.
Namun, diri kita tidak pernah kenal erti cukup dalam dunia maya ini. Kita terus mengejar dan mengejar sehingga berjaya mendapat pangkat yang lebih tinggi. Tiba-tiba badai musibah mengusik kita, datang tanpa diundang dalam rumah hati kita.
Kita menjadi kaku dan layu, umpama cell-cell pohon dalam hati menjadi rapuh lalu terurai menjadi pohon tua yang menunggu masa menyembah bumi..
Inilah gambaran pohon hati yang sudah rosak.. Akarnya tidak disirami dan dibajai, sesaat berbuah tetapi hancur. Itulah gambaran kebahagian sesaat ...

Sejenak kita renungkan dalam diri kita. Pejamkan mata kita. Lihatlah pada diri masing-masing.
Pohon hati apakah yang telah kita tumbuhkan dalam dunia hati kita?

Bagaimanakah selama ini kita menjalani kehidupan kita?
Sudahkan selama ini hidup kita menjadikan kehidupan kita benar-benar mengabdikan diri kepada Allah?
Sudahkan kita ikhlaskan diri kepada Allah?
Tepuklah akal kita supaya ia berfikir untuk diri kita...

Ketika kita pergi ke sekolah mahupun universiti, adakah kita telah mendidik pohon hati kita bahawa ijazah yang bakal dimiliki itu bukan untuk kita menjulang gelaran tetapi sesungguhnya demi pengabdian kita kepada Allah swt?

Cubalah kita bertanya secara jujur pada diri kita sendiri. Mari kita lihat:
Kemana selama ini, umur kita telah habiskan?
Kemana selama ini, kehidupan kita selama ini berikan?

Lihatlah diri kita ketika musibah itu datang. Berapa sering kita keluh kesal ? Malah, kita menyalahkan pula Allah kerana menurunkan dugaan sedemikian rupa. Kita tak dapat menerima takdir Allah..
Kita menyesali semua yang ada dalam hidup kita, seolah kita tidak pernah rasa puas dengan segala apa yang kita ada..

Kita tak menyedari sebenarnya hati kita yang sedang jauh dari Allah.
Hati kita yang saat itu tak mampu merasakan bahwa Allah itu dekat dengan kehidupan kita.
Bahkan akal keimanan kita dalam kehidupan kita sudah kering dan mati.

Dan kitalah orang muda yang lupa kehidupan ini untuk apa...
Marilah kita ucapkan istiqhfar kepada Allah.
Mari kita memohon ampun kepada Allah...
Astaghfirullah

Para pembaca sekalian yang dirahmati Allah...

Mungkin ketika kehidupan kita kering,
Kita sedar bahawa kebahagian material dan duniawi itu semua hanya sesaat.
dan kebahgiaan sebenar-benarnya adalah ketika kita menanam akar kecintaan kita kepada Allah,
yang tumbuh masuk ke dasar hati.
yang kemudian yang tumbuh tinggi menjadi pohon kehidupan,
yang menghasilkan buah kebahagian yang selamanya kerana,
kita merasakan Allah bersama kita,
Allah menaungi kehidupan kita,
Allah menjaga dirimu setiap saat meskipun ujian datang silih berganti,
maka,
mudahan-mudahan kita semua sama-sama dapat menyedari dan menyakini,
jadikan Allah cita-cita hidup kita yang paling utama.,
nescaya Allah menjaga kehidupan kita di dunia dan di akhirat.

"Teguhkan bahteramu kerana lautan yang kamu lalui itu terlalu dalam untuk diharungi,
Banyakkanlah bekalan kerana perjalanan kita cukup jauh untuk dijalani,
Ringankanlah belakangmu kerana yang didaki itu terlalu curam,
Ikhlaskanlah segala perbuatanmu kerana yang menilai kita amat mengetahui dan maha melihat apa yang kita lakukan,"
Oleh itu, segala yang kita lahirkan dari hati kita, dari perbuatan kita,
lakukankanlah kerana Allah swt,
bukan untuk kemegahan dan keagungan yang kita cari,
tetapi semata-mata Allah,
kerana keagungan kita akan ada bila Allah redha kepada kita.

Jangan kita lupa, bahawa dalam kehidupan kita ini,
ada satu pohon hati yang perlu kita bangunkan,
tumbangnya pohon itu,
maka ranaplah kehidan kita..
Mudah-mudahan, kita diredhai Allah,
semoga Allah mengampuni kita semua..amin.

Semoga memberi manfaat pada semua pembaca..(^____^)

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...